KHUTBAH JUMAT (Mengingat Mati)
Oleh: Marhadi Muhayar, Lc., M.A.
الحمد لله العزيز الغفور، الذي جعل في الإسلامِ الحنيفِ
الهُدَي والنور، الذي قال ] وما الحياةُ الدنيا إلا مَتَاعُ الغرور[ ، نحمده سبحانه
وتعالي حَمْدَ مَنْ نَظَرَ فَاعْتَبَر، وَكَفَّ عن المساويءِ وازْدَجَر، وعَلِمَ أن
الدُّنيا ليست بدار مَقَرّ، وأشهد أن لا إله الله خلق الخلائق وأحكامَها، وقدّر الأعمار
وحدّدها، وهو باقٍ لا يفوت وهو حيّ لا يموت، وأشهد أن محمدا عبدُه ورسولُه، أَمَرَ
بتذكير الموتِ والفناء، والاستعدادِ ليوم البَعْث والجزاء.
اللهم صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين
وعلي آله الطيبين وأصحابه الأخيار أجمعين. أما بعد.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah Swt....
Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkanlah saya
berwasiat, baik bagi diri saya sendiri, maupun bagi hadirin sekalian, untuk
selalu dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan diri kita kepada Allah Swt.
Karena hanya dengan landasan keimanan dan ketakwaan sajalah, kita akan dapat
selamat, baik di dunia, maupun di akhirat.
Dalam khutbah Jum’at kali ini, saya tidak akan
membawakan tema baru. Justeru saya ingin sedikit mengendapkan maklumat-maklumat
hadirin sekalian yang terdahulu, dan saatnya sekarang untuk sedikit merenungi
dan mengingat-ngingat kembali, maksud dan tujuan dari khutbah Jumat yang amat
banyak tersebut. Karenanya, berdirinya saya di sini, hanya untuk kembali
mengulang dan mengulang, hanya untuk kembali mengingatkan kita semuanya, baik bagi
diri saya maupun bagi hadirin sekalian yang dimuliakan oleh Allah Swt. Seiring
dengan firman Allah:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
( الذاريات: 55)
“Ingatkanlah olehmu, sesungguhnya peringatan itu
sangat bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”. (Adzdzaariyaat: 55).”
Maka berlandaskan firman tadi, pada kesempatan yang
berbahagia ini, saya kembali mengajak hadirin sekalian untuk merenungi maksud
dan tujuan hidup ini, melalui sebuah sarana, yang barangkali dapat mengimbangi
gerak langkah hidup kita di dalam mengarungi hiruk-pikuknya bahtera dunia ini,
mudah-mudahan dapat sedikit memotifasi diri kita semua di dalam mendekatkan
diri kepada Allah Swt, yaitu melalui sarana “mengingat mati”.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah Swt....
Hidup hanyalah tempat persinggahan sementara. Adapun
kematian, sesungguhnya merupakan awal kehidupan manusia yang kekal dan abadi.
Nabi Saw bersabda:
مَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ سَارَ
فِي يَوْمٍ صَائِفٍ فَاسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ثُمَّ رَاحَ
وَتَرَكَهَا (رواه إبن ماجه وأحمد).
“Aku dan dunia bagaikan seseorang yang tengah
mengadakan perjalanan di suatu hari yang panas, lalu berteduh sejenak di bawah
rindangnya sebuah pohon, lantas pergi meninggalkan pohon itu untuk melanjutkan
kembali perjalanan panjang”. (HR. Ibnu Mâjah dan Ahmad).
Allahpun berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ
الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ(32)
“Kehidupan di dunia ini bagaikan permainan dan senda
gurau belaka. Sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Al-Anâm [6]: 32)
Begitu jelas makna hadis dan ayat tadi. Logikanya,
kalau kehidupan ini bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya persinggahan
sementara untuk sebuah perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, maka
bekal apakah yang seharusnya kita siapkan untuk sebuah perjalanan yamg maha
panjang tersebut? Di antara hal yang dapat memotivasi diri kita untuk mempersiapkan
bekal tersebut dengan sebaik-baiknya adalah memperbanyak mengingat mati.
Nabi Saw bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
(رواه الترميذي وابن ماجه).
"Perbanyakkanlah mengingati mati, niscaya
kalian akan dapat menyepelekan kelezatan dunia”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Kalaulah kita bersedia untuk selalu mengejar harta,
pangkat dan jabatan yang hanya sementara, bahkan belum tentu semua itu dapat
kita rasakan, mengapa kita tidak bersedia untuk mempersiapkan diri kita kepada
hal yang sudah pasti akan kita rasakan. Bukankah kenyataan hidup selama ini
mengatakan, bahwa umur manusia ada akhirnya ? Bukankah Allah Swt sudah
jelas-jelas berfirman:
كل نفس ذائقة الموت. (آل عمران: 185)
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati”.
(Ali Imran: 185) Tidak ada yang bisa menahan dan menghalanginya.
فإذا جاء أجلهم لا يستاخرون ساعة ولا يستقدمون. (النحل:
61)
“Jika telah datang ajalnya, maka tidak dapat
diakhirkan atau dimajukan, walaupun hanya sesaat”. (An-Nahl: 61).
Suatu hari nabiyullah Yakub As berjumpa dengan
malaikat pencabut nyawa, Izrail As. Beliau menginginkan di saat ajalnya sudah
mendekat, agar diberitahu terlebih dahulu sebelumnya, sehingga menjadi lebih
siap di dalam menghadapi sakaratul maut yang akan dia hadapi. Oleh karenanya, Nabiyullah
Ya’kub meminta malaikat pencabut nyawa, untuk mengirimkan utusannya terlebih
dahulu sebelum dicabut nyawanya.
Suatuk ketika, di saat malaikat maut datang
menjemput Nabi Yakub As untuk mencabut nyawanya, beliau bertanya,
"Bukankah dulu pernah aku bilang kepadamu untuk dikirimkan utusan terlebih
dahulu sebelum engkau mencabut nyawaku?" Malaikat maut menjawab,
"Demi Allah, telah banyak utusanku datang memberi peringatan kepadamu
wahai nabiyallah”, Dengan agak heran nabi Yakub berkata, "Aku tidak pernah
tahu dan tidak pernah mengenalnya?" Malaikat maut pun menjawab,
"Bukankah telah datang utusanku berupa sakit, uban, pendengaran berkurang
dan penglihatan yang mulai kabur?"
Abu Dzar meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw pernah
bersabda, "Berziarah kuburlah kalian, karena dia dapat mengingatkan kamu
kepada akhirat. Mandikanlah orang mati karena mengurus orang mati dapat menjadi
peringatan yang cukup mendalam bagimu. Shalatkanlah jenazah karena ia dapat
menyedihkan hati kamu. Sedangkan orang yang bersedih karena Allah Swt, berarti
dia bersedia untuk melaksanakan amal kebajikan.
Sakitnya Sakaratul Maut
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Swt...
Mengenai sakitnya sakaratul maut, ada sebuah kisah
yang diriwayatkan oleh Ikrimah dari Ibnu Abbas Ra: Suatu ketika, pernah Nabi
Ibrahim As berdialog dengan Malaikat Maut tentang sakaratulmaut. Khalilullah
ini bertanya, “Dapatkah engkau memperlihatkan rupamu kepadaku saat engkau
mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?” Malaikat menjawab pendek:
“Engkau tidak akan sanggup.”“Aku pasti sanggup,” tegas nabi Ibrahim. “Baiklah,
berpalinglah dariku,” pinta si Malaikat.
Saat Nabi Ibrahim as berpaling kembali, di
hadapannya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berduri,
berbau teramat busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya
tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim as jatuh pingsan! Ketika
tersadar kembali, beliau pun berkata kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat
Maut, seandainya para pendosa itu hanya diperlihatkan keburukan rupamu saja di
saat kematiannya, niscaya itu sudahlah cukup sebagai hukuman atasnya.”
Dari beberapa riwayat, selain nabi Ibrahim As, nabi
Idris, dan Daud , Nabi Isa as juga pernah dihadapkan pada fenomena penampakan
Malaikat Maut. Kesimpulan dari semua itu, bahwa sakaratulmaut belum seberapa
bila dibandingkan dengan sakaratulmaut itu sendiri. Sakaratulmaut adalah sebuah
ungkapan untuk menggambarkan rasa sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan
menjalar ke seluruh bagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian badan yang
terbebas dari rasa sakit itu. Malapetaka paling dahsyat di kehidupan paripurna
manusia ini, memberi rasa sakit yang berbeda-beda pada setiap orang, tergantung
amal dan ibadahnya.
Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah
S.A.W berkata: “Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri
yang menancap di selembar kain sutera. Lantas Nabi bertanya, apakah duri itu
dapat terambil begitu saja tanpa membawa bagian sutera yang koyak?”
Pada kesempatan lain Nabi Saw bersabda: “Sakitnya
sama dengan tiga ratus tusukan pedang.”
Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim as akan
dicabut, Allah SWT bertanya kepada Ibrahim: “Bagaimana engkau merasakan
kematian wahai khalilullah (khalilullah berarti sahabat Allah)?“ Beliau
menjawab, “Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu basah
yang kemudian ditarik.”“Yang seperti itulah, sudah Kami ringankan atas dirimu,”
kata Allah Swt.
Rasulullah S.A.W sendiri menjelang akhir hayatnya
berucap: “Ya Allah ringankanlah aku dari sakitnya sakaratulmaut” berulang
hingga tiga kali. Padahal telah ada jaminan dari Allah SWT bahwa beliau akan
masuk surga. Mari kita bandingkan tingkat keimanan dan keshalehan beliau dengan
diri kita, yang hanya manusia biasa ini.
Proses Sakaratul Maut
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah....
Bagaimanakah sebenarnya proses sakaratul maut itu
telah berlaku pada manusia? Dalam hal ini baginda Rasullullah Saw telah
memberitahukan kita: Apabila telah sampai ajal seseorang, maka akan masuklah
satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil di dalam badannya, lalu
mereka menarik rohnya melalui kedua telapak kakinya hingga sampai kelutut.
Setelah itu datang sekumpulan malaikat yang lain, masuk untuk menarik roh dari
lutut hingga sampai ke perut, kemudian mereka pun keluar. Datang lagi satu
kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai
ke dada, setelah itu mereka pun keluar.
Dan akhir sekali, datang lagi satu kumpulan malaikat
masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong, itulah yang
dinamakan dengan saat nazak orang tersebut.
Rasullullah S.A.W. melanjutkan: "Jika orang
yang nazak itu orang beriman, maka malaikat Jibrail A.S. akan menebarkan
sayapnya yang kanannya sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya
di syurga. Di saat orang yang beriman itu melihat syurga, dia akan lupa kepada
orang yang berada disekelilinginya, akibat kerinduannya yang teramat sangat
kepada syurga, dia melihat terus apa yang dilihatnya pada sayap Jibrail
As." Adapun, jika orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail As.
akan menebarkan sayap kirinya. Maka orang yang nazak itu dapat melihat
kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang
disekelilinginya, akibat terlalu takutnya dia melihat neraka yang akan menjadi
tempat tinggalnya kelak.
Ketika ruh manusia telah keluar dari jasadnya,
berarti dia telah memasuki alam baru, bukan alam dunia lagi melainkan alam
Barzah, alam pemisah antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, menunggu
hari perhitungan.
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ
فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا
بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ (رواه النرمدي وابن ماجه واحمد).
"Kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika
seseorang selamat daripadanya, maka kehidupan setelahnya menjadi lebih mudah.
Namun, jika ia tidak selamat daripadanya, maka kehidupan setelahnya lebih
mengerikan.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah suatu hari
menasehati para sahabatnya, beliau berkata: Jika kalian melewati kuburan,
lihatlah... betapa sempitnya rumah-rumah mereka sekarang.
-Tanyakan kepada orang-orang kaya mereka, masih
tersisakah harta mereka?
-Tanyakan pula kepada orang-orang miskin di antara
mereka, masih tersisakah kemiskinan mereka?
-Tanyakan tentang lisan yang dengannya mereka
berbicara, sepasang mata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan?.
-Tanyakan pula tentang kulit-kulit nan lembut dan
wajah-wajah cantik jelita, tubuh-tubuh yang halus-mulus, apa yang diperbuat
oleh ulat-ulat di balik kain kafan mereka? Lisan-lisan itu telah hancur,
wajah-wajah cantik jelita itu telah dimakan ulat, anggota badan mereka telah
terpisah-pisah berserakan.
-Lalu di mana pelayan-pelayan mereka yang setia?
-Di mana tumpukan harta dan sederetan pangkat
mereka?
-Di mana rumah-rumah gedong mereka yang banyak dan
menjulang tinggi?
-Di mana kebun-kebun mereka yang rindang dan subur?
-Di mana pakaian-pakaian mereka yang indah dan
mahal?
-Di mana kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka?
-Bukankah mereka kini berada di tempat yang sangat
sunyi?
-Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja?
-Bukankah mereka berada dalam kegelapan?
-Mereka telah terputus dengan amal mereka. Mereka
telah berpisah dengan orang-orang yang sangat mereka cintai, dengan harta yang
mereka puja-puja, dengan gaya hidup yang mereka banggakan. Orang-orang yang
mereka cintai tidak mau ikut bersamanya, harta yang mereka tinggalkan malah
akan menjadi beban jika digunakan bukan di jalan yang Allah ridhai. Ketika itu,
yang masih bermanfaat hanyalah tiga: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan
anaknya yang shaleh yang mendo’akan dirinya.” Demikianlah nasehat dari Umar bin
Abdul Aziz.
Muhammad bin Shabih berkata, “telah sampai berita
kepada kami, bahwa manakala seseorang telah diletakkan di kuburannya, lalu
disiksa atau mendapatkan sesuatu yang dibenci, tetangga kuburnya dari
orang-orang yang telah meninggal sebelumnya berkata kepadanya, 'Wahai pendatang
baru, tidakkah engkau mengambil pelajaran dari kami? Tidakkah engkau
merenungkan kematian kami yang mendahuluimu? Bukankah engkau mengetahui bahwa
amal kami telah terputus, sementara engkau masih diberi waktu? Mengapa tidak
engkau kejar apa yang tidak diperoleh oleh saudara-saudaramu ini?
Relevan dengan firman Allah Swt:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ.
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا
وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. (المؤمنون: 99-100)
"hingga datanglah kematian kepada salah seorang
dari mereka, dia berkata: ya tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku
dapat berbuat amal shaleh dari apa yang telah aku tinggalkan (dahulu).
Sekali-kali tidak. Itu hanyalah omongan belaka (yang tidak bermanfaat) dan di
hadapan mereka ada dinding pembatas sampai hari mereka dibangkitkan."
(Al-Mu'minun: 99-100).
Sebab Siksa Kubur
Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah....
Disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziah
rahimahullah ta’ala, bahwa siksa kubur itu ditimpakan karena berbagai macam
dosa dan maksiat, di antaranya adalah:
1. Adu domba dan menggunjing.
2. Tidak bersuci (cebok) setelah buang air kecil.
3. Shalat dalam keadaan tidak suci (kotor).
4. Berdusta.
5. Lalai dan malas dalam mengerjakan shalat.
6. Tidak mengeluarkan zakat.
7. Berzina.
8. Mencuri.
9. Berkhianat.
10. Menfitnah sesama umat Islam.
11. Makan riba.
12. Tidak menolong orang yang dizhalimi.
13. Minum khamar (kalau jaman sekarang seperti:
minum sempain, ngeplay, ngegele, sabu-sabu, ekstasy dan sejenisnya).
14. Memanjangkan kain hingga di bawah mata kaki
(menyombongkan diri).
15. Membunuh.
16. Mencaci sahabat Nabi.
17. Mati dalam keadaan membawa bid'ah.
Yang Menyebabkan Selamat dari Siksa Kubur
Adapun kiat agar kita tidak terkena siksa kubur,
Imam Ibnu Qayyim memberitahukan sebagai berikut: sebab-sebab kita di
seselamatkan dari siksa kubur adalah dengan menjauhkan berbagai macam maksiat
dan dosa. Untuk itu, Ibnu Qayyim menganjurkan, hendaknya setiap muslim
melakukan perhitungan atas dirinya setiap hari, tentang apa saja dosa dan
kebaikan yang telah dilakukannya pada hari itu. Setelah itu, ia memperbaharui
taubatnya kepada Allah setiap hari, terlebih di saat ia hendak tidur malam.
Jika ia meninggal dunia pada malam itu, maka ia meninggal dalam keadaan telah
bertaubat. Jika ia bangun dari tidurnya, ia bersyukur karena ajalnya masih
ditangguhkan. Dengan demikian, ia masih diberi kesempatan beribadah kepada
Rabbnya dan mengejar amal yang belum dilakukannya. Imam Ibnu Qayyim
menambahkan, “sebelum tidur, hendaknya pula dia berada dalam keadaan berwudhu,
senantiasa mengingat Allah dan mengucapkan dzikir-dzikir yang disunnahkan Nabi
saw sampai ia tidur atau tertidur. Jika seseorang dikehendaki kebaikan oleh
Allah, niscaya dia akan diberi kekuatan untuk melakukannya.
Kemudian Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan
beberapa ketaatan yang bisa menyelamatkan kita dari siksa kubur, di antaranya
adalah:
Yang pertama, Rajin beribadah dan taat kepada Allah
Swt dengan ikhlas.
2. Mati syahid di jalan-Nya.
3. Membaca surat Al-Mulk.
4. Meninggal karena sakit, dan terakhir:
5. Meninggal dunia pada hari Jum'at.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لي ولكم وللمسلمين، فَاسْتَغْفِرُوْهُ،،، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH JUMAT BAGIAN II
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلا ابْتِدَاءَ
لوجوده ولا انتهاءَ، يستوي بعلمه السرُّ والخفاءُ، القائلِ: (وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ
مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا). أشهد أن لا الع إلا الله الكبير المُتَعَالِ، المُنَزَّهُ
عن الشبيه والمِثال، الذي يسبِّح بحمده كلُّ شيء في الغُدُوِّ والآصال. وأشهد أن محمدا
عبده رسوله الذي حذّرنا من دار الفتون، المُنْزَلُ عليه (إنك ميّتٌ وإنهم ميتون). اللهم
صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله الطيبين وأصحابه الأخيار
أجمعين. أما بعد.
Mati Tidak Perlu Ditakuti Melainkan Sebagai Motifasi
Hidup
Hadirin... sidang jumat yang dimuliakan oleh Allah
Swt....
Betapa pun sakitnya sakaratul maut. Kematian,
semestinya tidak menjadi sesuatu yang perlu ditakuti, tapi sebaliknya harus
senantiasa dirindukan. Jika sesuatu itu begitu dirindukan, logikanya, berarti
ingin segera bertemu. Kalau ingin bertemu berarti dia sudah menyiapkan dirinya
dengan bekal amal ibadah di dunia ini. “Barangsiapa membenci pertemuan dengan
Allah, maka Allah akan benci bertemu dengannya,” demikian sabda Rasulullah Saw.
قال الله تعالي: فمن كان يرجو لقاء ربه فاليعمل عملا صالحا.
(الكهف: 110)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Allah swt,
maka dia harus berbuat baik”. (Al Kahfi: 110).
Husnulkhotimah, adalah sebuah karunia Allah SWT yang
khusus diberikan kepada manusia istimewa. Tidak ada ceritanya dalam hidup ini
istilah “muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga”. Husnul khotimah
itu seperti hadiah untuk manusia, atas upaya manusia yang sungguh-sungguh di
dalam menjalankan tugas hidup di dunia ini. “Seperti mahasiswa yang belajar
mati-matian, lalu lulus dengan predikat summa cum laude.”
Jadi kita jangan pernah berpikir bagaimana supaya
kita bisa mendapatkan Husnulkhotimah terlebih dulu, tanpa amal nyata.
“Kata-kata mati, harusnya mampu kita hadirkan dalam hati kita setiap hari,”
Sabda Rasulullah yang menyatakan, bahwa dengan
sering-sering mengingat mati menjadikan seseorang menjadi makhluk yang
produktif, cermat, dan selektif, adalah benar adanya. Ini karena setiap
pekerjaan yang dilakukannya dianggap sebagai pekerjaan terakhirnya. Karena maut
bisa datang kapan dan di mana saja.
Sekali lagi saya katakan, kalaulah kita bersedia
untuk selalu mengejar harta, pangkat dan jabatan yang hanya sementara, bahkan
apa yang telah kita raih dari harta, pangkat dan jabatan tersebut, hanyalah
segelintir saja yang mampu kita rasakan dan nikmati, sebatas yang bisa masuk ke
dalam perut dan kebutuhan pribadi kita. Lalu mengapa, kita tidak bersedia untuk
mempersiapkan diri kita kepada hal yang pasti akan kita rasakan. Mengapa kita
tidak bersedia menjadikan harta, pangkat dan jabatan yang telah kita raih,
untuk bekal di akhirat kelak? Mengapa kita tidak bersedia menjadikannya sebagai
sarana untuk memperoleh ridha Allah Swt? Sedangkan perjalanan akhirat sangatlah
panjang dan kekal abadi, sebelum datang penyesalan, karena penyesalan tidak akan
mungkin datang lebih dahulu.
Allah Swt berfirman:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ(34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ(35)وَصَاحِبَتِهِ
وَبَنِيهِ(36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ(37).
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. Lari
dari Ibu Bapaknya. Lari dari isteri dan anaknya. Pada hari itu, setiap orang
sibuk dengan urusannya masing-masing.
Semoga Allah Swt berkenan untuk menjadikan kita
termasuk kepada orang-orang yang tidak kikir di dalam menafkahkan harta,
pangkat dan jabatan di jalan Allah Swt. Karena amal ibadah semacam ini pada
hakikatnya adalah untuk kebahagiaan diri kita sendiri
.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهم
صلي وسلم وبارك علي سيدنا محمد وعلي آل سيدنا محمد وارض عن ساداتنا أصحاب رسولك صلي
الله عليه وسلم ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين. اللهم اغفرلنا ذنوبنا واستر عيوبنا
وطهر قلوبنا وأصلح نياتنا وعافنا واعف عنا وعلي ذكرك وشكرك وحسن عبادتك أعنا وعن بابك
فلا تطردنا واختم بالصالحات أعمالنا يا إله العالمين. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذا النار. وصل اللهم علي سيدنا محمد
النبي الأمي وعلي آله وأصحابه الأخيار ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين. آمين يا رب
العالمين.
عباد الله: إن الله يأمركم بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربي
وينهي عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. أقم الصلاة!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar